Rabu, 18 April 2012

Kamseupay, Artinya Apa?

 

imageSST Wisnu Sasongko, pakar bahasa dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa RI, pernah mengungkapkan bahwa bahasa alay atau bahasa gaul di Indonesia ternyata tidak hanya muncul  pada remaja zaman sekarang saja.

Nah, jejak bahasa alay itu ditemukan pada naskah bertuliskan huruf Jawa kuno, yang berjudul ''Angling Dharma'' di tahun 1835. Dalam naskah itu, kata ''ratu'' ditulis dengan menggunakan kata "Ro" sebanyak tujuh kali sehingga terbaca sebagai ratu (ra tujuh atau pitu) sehingga terbaca "R" dan "Tu". Padahal jika merujuk pada tata bahasa jawa kuno, kata ''ratu'' ditulis "Ro", "To" dan "Wulu".

Jadi nggak usah heran atau merasa aneh kalau istilah zadul tiba-tiba nongol, populer lagi dan mendadak gaul sepeti kata ''kamseupay'' yang tren di era 1970-an. Itu suatu istilah yang bermakna menjurus pada sindiran kasar kepada orang yang dianggap sangat "kampungan sekali".

Meski kalau dicermati selintasan tata tulis dan tata bunyinya ''nyerempet'' ke bahasa Mandarin, tapi sebenarnya ''kamseupay'' berasal dari singkatan "Kampungan Sekali Udik Payah". Memang dalam perkembangannya, bahasa gaul yang berkembang lebih didominasi pengaruh  bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan atau penyesuaian pemakaian kata.

Setelah puluhan tahun tenggelam, ''kamseupay'' muncul lagi lewat tulisan dalam blog pribadi artis Marissa Haque setelah perang Twitter dengan artis lain. Ini juga bukti bahwa remaja era itu juga alay.

''Kamseupay'' bikin heboh di linimasa. Tidak sedikit tweeps yang menggunakan istilah tersebut ketika berkicau hingga menjadi kata trending di twitter dan dipakai untuk iklan komersial yang tayang di televisi.

Contohnya, untuk menyindir penampilan teman, seseorang cukup berkata, "Udah nggak zaman lagi pakai model kayak gitu. Bajumu kamseupay!"

Kamseupay juga biasa dikaitkan sebagai  ungkapan untuk melampiaskan kemarahan dan menyindir atau menghardik orang. "Dasar kamu kamseupay!.

Ya, ''kamseupay'' populer sebagai istilah yang menjurus ke hal negatif (misalnya untuk memaki) dan  difungsikan sebagai olokan, tapi pada hakekatnya gaul itu tidak memperhatikan istilah kasar atau tidaknya. Meski begitu, ''kamseupay'' bukan kata yang baik untuk diucapkan, apalagi kata ini menjurus pada diskriminasi. Sindiran  "Kampungan Sekali Udik Payah" identik dengan daerah pinggiran yang pola pikir dan tingkah lakunya dianggap berada ''di bawah'' orang kota.

Karena itu penggunakan kata itu sebaiknya hanya ditujukan untuk orang yang memang kita kenal dengan baik untuk menghindari kemarahan. Kalau pengin gaul tapi malah jadi konflik, wah bisa "Kampseupay", kan? Hahaha....

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites